Bukan mustahil untuk mengoperasikan komputer, manusia cukup menggunakan pikiran tanpa bantuan tangan. Kenyataannya, otak manusia menghasilkan gelombang Alpha saat berkonsentrasi, dan bisa diterjemahkan dalam sinyal digital.
Penelitian untuk mewujudkan pengoperasian komputer dengan cara menangkap sinyal-sinyal dari otak, sudah dilakukan tim reaserch Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB. Tim ini terdiri dari Mahasiswa-mahasiswa S2 yang tergabung dalam grup riset bernama Digital Media and Game Center. Awal penelitian mereka lebih fokus untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi yang sebagian besar berupa game edukasi.
Sinyal gelombang Alpha yang dihasilkan otak dalam bereaksi terhadap suatu kondisi dibaca oleh Teknologi Brain Computer Interface. Sinyal gelombang analog ini kemudian dikonversi ke biner untuk mengendalikan suatu objek di komputer tanpa menggunakan alat apapun. Simulasi pembacaan perintah otak ini diuji coba dengan memasangkan suatu alat pendeteksi gelombang alpha pada kepala. Alat yang menggunakan sumber arus DC yang terukur, dikoneksikan ke komputer, dimana pengunjung mencoba untuk menggerakkan suatu balok dari suatu tempat ke tempat lainnya hanya dengan memikirkannya dalam otak. Dan ternyata objek-objek tersebut memang bergerak menurut keinginan pengunjung.
“Alat ini sebenarnya memiliki konsep awal untuk mengendalikan robot hanya melalui pikiran. Hanya dengan berkonsentrasi terhadap suatu objek dan perintah yang ingin kita berikan maka robot akan bereaksi sesuai dengan keinginan kita. Selain itu, alat ini juga dapat mendeteksi tingkat stress seseorang,” ujar anggota tim reasearch Digital Media and Game Centre Hendra di stand STEI ITB dalam pameran Bandung Comtech di BeMall, Minggu (16/11/08)
Beberapa aplikasi yang disuguhkan dalam pameran pertama tim ARAD, Magic Book and Volcanopedia, AR Flood, Flight Simulator, Tank Simulator dan games Sultan Agung. Beberapa aplikasi tersebut menerapkan konsep augmented reality, real time simulator, dan brain computer interface. ARAD, Volcano dan AR FLood adalah aplikasi yang menerapkan konsep augmented reality. Aplikasi-aplikasi tersebut menampilkan sebuah dunia virtual dengan menggunakan kode-kode yang disebut marker. Marker ini dapat ditempatkan pada meja yang didesain khusus untuk AR maupun pada sebuah buku. Dengan memanfaatkan web cam, gambar-gambar 3D akan muncul dari permukaan meja ataupun buku yang memiliki marker di atasnya.
ARAD didesain khusus untuk para arsitektur dan pengembang real estate untuk mendesain blueprint yang dinamis dan fleksibel. Volcano adalah aplikasi yang dapat menampilkan gambar 3D dari gunung-gunung berapi di Indonesia beserta jenis letusan yang dimiliki. Aplikasi ini sangat menarik karena dari tampilan peta wilayah Indonesia pada magic book, akan muncul topografi dari masing-masing gunung ketika web cam diarahkan pada permukaan buku.
Sedangkan AR Flood memiliki kelebihan dalam hal menanggulangi kemungkinan banjir dengan pembangunan tanggul virtual pada daerah tertentu dalam peta. Setelah pambangunan tanggul selesai, simulasi banjir dilakukan kemudian akan ada analisa berapa kerusakan rumah yang ditimbulkan maupun korban jiwa dari peristiwa banjir tersebut.
Konsep real time simulator diterapkan pada tank simulator dan flight simulator dimana pengunjung dapat mencoba mengoperasikan suatu pesawat maupun tank. Kemudian akan ada penilaian terhadap keahlian mengemudi dari masing-masing pengunjung, apakah mereka lulus atau tidak dalam mengoperasikan suatu kendaraan
sumber: www.stmikmj.ac.id
0 komentar:
Posting Komentar